Main Article Content

Addin Kurnia Putri

Abstract

Aktivisme digital menandai perkembangan gerakan dan budaya partisipatif dalam penggunaan teknologi media baru. Media baru tidak saja menjadi sebuah ruang berkumpul dan berinteraksi namun juga menjadi ruang berkolaborasi dan bergerak. Beragam isu lingkungan dikampanyekan melalui media sosial. Tulisan ini menyoroti aktivisme digital terkait isu gerakan lingkungan dengan metode multi perspektif. Gerakan lingkungan menjadi salah satu bagian dari strategi agensi dalam demokrasi atas kontestasi politik ruang. Strategi gerakan melalui media baru dipahami sebagai bentuk perlawanan dengan memobilisasi massa secara lebih masif. Akan tetapi, media sosial bukan menjadi faktor utama keberhasilan dari sebuah gerakan. Lebih jauh, perlu menganalisis mengapa sebuah gerakan berhasil mendapatkan banyak dukungan dan mengapa gerakan lain kurang mendapat perhatian. Bagaimana sebuah gerakan dapat didefinisikan sebagai ideologi bersama ketika pengguna media sosial memiliki latar belakang heterogen sehingga yang terwujud adalah jaringan antar aktor yang lemah. Tidak seperti gerakan buruh misalnya. Satu kepentingan dengan satu ideologi yang sama sehingga mewujudkan jaringan ikatan yang sangat kuat. Media baru memudahkan untuk menanggapi dan menyebarkan sebuah isu gerakan. Namun, belum tentu semua gerakan mampu mendapatkan banyak perhatian.

Article Details

How to Cite
Putri, A. K. . (2023). AKTIVISME DIGITAL DALAM KONTESTASI POLITIK RUANG . Prosiding Konferensi Nasional Sosiologi (PKNS), 1(2), 202–206. Retrieved from https://www.pkns.portalapssi.id/index.php/pkns/article/view/110
References
Castells, M. 2004. Informationalism, Networks, And The Network Society: A Theoretical Blueprint. The Network Society: A Cross-Cultural Perspective, 3–45.

Dewi, G. S. 2019. Penolakan Masyarakat terhadap reklamasi Teluk Benoa Provinsi Bali. Diponegoro Private Law Review, Vol. 4, No. 1.

Jenkins, J. C., dan Klandermans, B. 1995. The Politics of Social Protest. Taylor & Francis.

Leitner, H., Sheppard, E., dan Sziarto, K. M. 2008. The Spatialities of Contentious Politics. Transactions of the Institute of British Geographers, Vol. 33, No. 2.

Lim, M. 2013. Many Clicks But Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia. Digital Activism in Asia Reader, 127.

Nugraha, A. T. 2019. Social media in the planning and conflict: the case of For BALI movement against Benoa Bay reclamation plan.

Nugroho, S. F. 2018. Kesadaran Kolektif Dalam Gerakan Sosial Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (Studi Gerakan Lingkungan Hidup Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Yang Dilakukan Oleh ForBALI di Denpasar, Bali). Universitas Brawijaya.

Pandit, I. 2019. Dampak Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Kalimantan Timur Sebagai Ibu Kota Negara Serta Penyelesaian Sengketa Hukumnya. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 2, No. 2.

Saukko, P. 2003. Doing research in cultural studies: An introduction to classical and new methodological approaches. Sage.

Singh, R. 2001. Social movements, Old and New: A post-modernist critique. Sage.

Suantika, W. 2015. Resistensi Masyarakat Lokal terhadap Kapitalisme Global: Studi Kasus Reklamasi Teluk Benoa Bali Tahun 2012-2013. Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 8, No. 1.

Suryadana, P., Noak, P. A., dan Azhar, M. A. 2016. Perilaku Kolektif Masyarakat Adat dalam Terbentuknya Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa Tahun 2016. Udayana University.

Suwana, F. 2021. Digital Activism in Bali: The For BALI Movement. Security, Democracy, and Society in Bali: Trouble with Protection, 253–284.

Vali, T. A. 2017. Gerakan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Dalam Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Nusa Dua, Bali. Universitas Airlangga.

Wiranata, I. M. A., dan Siahaan, H. 2019. Konstruksi Identitas Kolektif Warga Desa Adat dalam Gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. Jurnal Kajian Bali, Vol. 9, No. 2.